Melawan Bias: Mengajarkan Siswa SMP Mengidentifikasi Sudut Pandang yang Berbeda

Di tengah riuhnya informasi yang didominasi oleh algoritma dan echo chamber di media sosial, kemampuan untuk melihat isu dari berbagai sisi menjadi sangat penting bagi siswa, terutama di jenjang SMP. Proses pendidikan kini harus mencakup pelatihan fundamental untuk Melawan Bias, mengajarkan siswa bagaimana mengidentifikasi dan menganalisis sudut pandang yang berbeda-beda dalam setiap isu yang mereka temui. Keterampilan ini tidak hanya vital untuk literasi kritis, tetapi juga krusial dalam membangun toleransi, empati, dan kemampuan berdialog secara rasional di tengah masyarakat yang majemuk. Siswa yang mampu Melawan Bias adalah fondasi bagi masyarakat yang cerdas dan adil.

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah mengubah siswa dari pembaca pasif menjadi penganalisis yang skeptis dan utuh. Mereka perlu menyadari bahwa setiap informasi, bahkan yang diklaim ‘fakta’, selalu disajikan melalui lensa sudut pandang tertentu. Sebagai studi kasus, di SMP Negeri 5 Palembang, guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ibu Kartika Sari, M.Pd., memperkenalkan unit pembelajaran bertajuk “Dilema Pembangunan vs. Lingkungan.” Unit ini dilaksanakan selama tiga minggu penuh, dimulai pada hari Senin, 4 November 2024. Siswa kelas VIII ditugaskan menganalisis isu pembangunan pusat perbelanjaan baru yang kontroversial di kota mereka.

Ibu Kartika tidak memberikan jawaban tunggal. Sebaliknya, ia menyajikan materi dalam format tiga sudut pandang berbeda: 1) Prospektus resmi dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Palembang, yang menyoroti pertumbuhan ekonomi dan penciptaan 500 lapangan kerja baru. 2) Laporan keberatan dari kelompok aktivis lingkungan lokal yang berfokus pada potensi kerusakan daerah resapan air. 3) Opini dari pedagang kaki lima di sekitar lokasi yang khawatir kehilangan mata pencaharian. Tugas siswa adalah memetakan argumen, mengidentifikasi data pendukung (data yang dirilis DPM-PTSP vs. data dampak lingkungan yang dirilis aktivis), dan menentukan ‘bias’ apa yang paling menonjol di setiap sumber.

Pelatihan untuk Melawan Bias ini juga menyentuh aspek etika dan hukum. Siswa diajak berdiskusi mengenai peran media dan bagaimana narasi bisa dimanipulasi. Pada tanggal 15 November 2024, sesi pembelajaran diperkaya dengan kehadiran perwakilan dari Kejaksaan Negeri Palembang, yang menjelaskan tentang pentingnya menjaga narasi yang seimbang agar tidak berujung pada fitnah atau pencemaran nama baik, sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Pemahaman ini melatih siswa untuk mengkritisi tanpa harus menghakimi, dan menghargai keberagaman pendapat dalam koridor hukum.

Melalui pendekatan ini, siswa dilatih tidak hanya untuk mencari “benar atau salah,” tetapi untuk memahami “mengapa seseorang berpikir seperti itu.” Mereka mulai menyadari bahwa bias seringkali merupakan hasil dari kepentingan, latar belakang, atau pengalaman hidup yang berbeda. Dengan demikian, Melawan Bias di ruang kelas SMP adalah investasi dalam kualitas wacana publik masa depan, menciptakan generasi yang mampu berdialog secara konstruktif dan mengambil keputusan berdasarkan pemahaman yang utuh dan multi-perspektif. Kemampuan ini menjadi bekal terpenting bagi mereka saat memasuki masyarakat global yang kompleks.