Kepemimpinan siswa di SMPN 1 Bangil digerakkan oleh “Dwi-Motor” yang kuat: Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai pelaksana, dan Majelis Perwakilan Kelas (MPK) sebagai pengawas. Kunci keberhasilan mereka terletak pada Sinkronisasi OSIS dan MPK, memastikan bahwa aspirasi siswa diterjemahkan menjadi program kerja yang efektif, akuntabel, dan mendukung visi sekolah maju.
OSIS berfungsi sebagai eksekutor, merencanakan dan menjalankan semua kegiatan siswa, mulai dari acara seni hingga kegiatan sosial. Mereka adalah representasi suara siswa yang bertindak nyata, berfokus pada implementasi program untuk meningkatkan kehidupan sekolah dan membangun semangat kebersamaan yang kokoh dan tidak mudah terpecah.
MPK, di sisi lain, berfungsi sebagai badan legislatif dan pengawas. Mereka mengawasi kinerja OSIS, mengevaluasi efektivitas program, dan memastikan bahwa setiap kegiatan sesuai dengan anggaran dan aturan sekolah. Peran pengawasan ini sangat penting untuk menjaga integritas dan transparansi dalam setiap proyek yang dijalankan oleh OSIS.
Inti dari model kepemimpinan ini adalah komunikasi yang terbuka dan terstruktur. Rapat koordinasi reguler antara ketua OSIS dan MPK menjadi forum utama untuk membahas kemajuan, mengidentifikasi hambatan, dan menyusun strategi bersama. Transparansi ini menghilangkan konflik dan memperkuat kemitraan antara kedua badan yang saling melengkapi tersebut.
Strategi utama dalam Sinkronisasi OSIS adalah check and balance yang ketat. Sebelum sebuah program dijalankan, MPK harus meninjau dan menyetujui proposal OSIS. Setelah program selesai, MPK melakukan audit evaluasi. Proses ini menciptakan akuntabilitas ganda yang mendorong OSIS untuk bekerja dengan standar yang sangat tinggi dan profesional.
Contoh nyata Sinkronisasi OSIS terlihat dalam pelaksanaan Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI). OSIS mengurus pelaksanaan teknis dan acara, sementara MPK memastikan bahwa alokasi dana dari setiap kegiatan dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan sesuai dengan tata tertib sekolah yang sudah ditentukan sebelumnya.
Keberhasilan kolaborasi ini berdampak langsung pada iklim sekolah. Siswa merasa suara mereka didengar (melalui MPK) dan diwujudkan (melalui OSIS). Model kepemimpinan yang partisipatif ini menumbuhkan rasa kepemilikan kolektif dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan akademis dan non-akademis.